16.2.16

MANAJEMEN PERJALANAN PENDAKIAN

(Seni Mempersiapkan Perjalanan Pendakian)

Sebelum membahas tentang Manajemen Perjalanan Pendakian, sebaiknya kita sedikit melakukan review terlebih dahulu tentang apa itu manajeman. Tidak sulit memang menemukan penjelasan tentang manajemen di dunia maya. Sudah sangat bertebaran tulisan-tulisan yang membahas tentang apa itu manajemen. Sedikit yang saya kutip adalah berikut ini. Pengertian manajemen menurut George.R.Terry yang mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional maksud yang nyata. Pengertian manajemen menurut Encylopedia of the Social Science, mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah suatu proses yang pelaksanaan tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Pengertian manajemen menurut Mary Parker Follet, mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah sebuah seni atau management is an art). Setiap pekerjaan mampu diselesaikan oleh orang lain. Pengertian manajemen menurut James A.F Stoner, yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi yang lain agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengertian manajemen menurut Lawrence A. Appley adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain. Pengertian manajemen Wilson Bangun adalah rangkaian aktivitas-aktivitas yang dikerjakan oleh anggota-anggota organisasi untuk mencapai tujuannya. Pengertian manajemen menurut Koontz, mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah seni yang paling produktif selalu didasarkan pada pemahaman terhadap ilmu yang mendasarinya. (Sumber : Artikelsiana)

Fungsi Manajemen Perjalanan Pendakian
Bisa kita simpulkan secara sederhana bahwa Manajemen adalah sebuah pengaturan proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu, baik dilakukan sendiri maupun melibatkan orang lain (Organisasi/Kerjasama). Jika proses yang hendak kita lakukan adalah perjalanan pendakian gunung, maka Ilmu Manajemen yang kita gunakan bisa kita sebut dengan Manajemen Perjalanan Pendakian. Sedangkan apa tujuan yang hendak dicapai? Dalam hal ini setiap pelaku pendakian bisa memiliki tujuan yang berbeda. Bisa sekedar untuk sampai ke puncak, bisa sekedar untuk menikmati perjalanan semampunya (tidak harus puncak), bisa juga dengan tambahan tujuan skunder seperti hunting foto landscape, penelitian, dan lain-lain.

Lantas apa fungsi dari Manajemen Perjalanan Pendakian? Sesuai dengan maknanya, manajemen yang berarti “pengaturan”, seharusnya dalam setiap aspek kehidupan kita memerlukan ilmu manajemen untuk mengatur apa yang kita lakukan supaya bisa mencapai tujuan. Setiap orang adalah manajer bagi dirinya sendiri. Fungsi kita melakukan pengaturan (managing) terhadap proses perjalanan pendakian adalah untuk memastikan perjalanan pendakian kita berjalan dengan lancar, cukup pembiayaan, cukup kebutuhan konsumsi selama pendakian, cukup kebutuhan peralatan untuk menghadapi berbagai kondisi di lokasi, cukup kebugaran tubuh selama perjalanan hingga selesai, cukup kebutuhan antisipasi untuk kondisi-kondisi terburuk (obat-obatan, komunikasi, pengetahuan melepaskan diri dari kondisi buruk seperti survival, navigasi darat, PPGD, dll), cukup untuk kebutuhan transportasi, cukup untuk urusan administrasi dan perijinan, serta hal-hal lainnya.
Timbul suatu pertanyaan, kenapa kita harus memperhatikan manajemen perjalanan? Bukankah kita sudah terbiasa mendaki gunung atau kita sudah beberapa kali mendaki gunung yang sama? Meski kita sudah punya banyak pengalaman dan sudah lebih dari sekali mendaki di gunung yang sama, tetapi faktor resiko tidak akan berubah. Resiko kecelakaan tidak akan memilih siapa yang belum pengalaman dan siapa yang sudah pengalaman. Semakin kita memperhatikan dan menjalankan manajemen perjalanan dengan benar, setidaknya kita telah mengurangi faktor resiko subyektif dari setiap perjalanan di alam bebas. Dalam tulisan “Tehnik Hidup Di Alam Bebas” sedikit sudah pernah saya singgung mengenai faktor resiko, yaitu Subyektif (bersumber dari diri sendiri) dan Obyektif (Bersumber dari alam). Faktor resiko obyektif tidak bisa kita hindari karena alam memiliki hak nya sendiri untuk bertindak. Tetapi kita bisa mengurangi dampaknya dengan pengetahuan dan persiapan yang cukup salah satunya dengan ilmu manajemen perjalanan. Jika kita benar-benar buta tentang pengetahuan pendakian dan manajemen perjalanan, maka resiko obyektif bisa semakin besar dampaknya, itulah yang disebut sebagai faktor resiko subyektif.

Tahapan Manajemen Perjalanan Pendakian
Dalam tulisan ini saya mencoba membagi tahapan manajemen perjalanan menjadi 3 tahapan. Yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tiga tahapan tersebut bersifat umum. Berikutnya saya akan coba membedahnya satu persatu.
  • Tahap persiapan
Dalam tahap persiapan tentunya kita harus memikirkan sejak awal mengenai perjalanan pendakian yang akan kita lakukan. Langkah yang pertama adalah penentuan tujuan. Tujuan di sini saya membaginya menjadi dua, yaitu tujuan umum(general goal) dan tujuan khusus (specific goal). Tujuan umum adalah tujuan perjalanan kita akan kemana. Contohnya ke Gunung Gede. Sedangkan tujuan khusus bisa juga mengenai isi perjalanan tersebut. Misalnya kita mendaki ke Gunung Gede hanya untuk refreshing. Berarti tujuan khusus pendakian Gunung Gede kali ini adalah untuk refreshing. Jangan dilupakan, ketika kita sudah memiliki tujuan, kita juga harus memikirkan tujuan cadangan. Gunanya adalah jika tujuan yang pertama tidak bisa dilakukan dengan berbagai alasan. Selesai kita menentukan tujuan pendakian langkah berikutnya adalah memikirkan lama waktu perjalanan (misalnya 3 hari 2 malam). Selanjutnya kita harus menginventarisir segala kebutuhan untuk perjalanan pendakian kali ini. Beberapa diantaranya adalah : Team (personil yang melakukan perjalanan, pembagian tugas, personil tambahan seperti porter atau pemandu), Peralatan (kebutuhan peralatan untuk pendakian), Logistik atau konsumsi (berapa keseluruhan kebutuhan konsumsi selama perjalanan pendakian), Obat-obatan, kebutuhan keamanan dan keselamatan serta kebutuhan darurat (perhitungkan resiko-resiko yang kemungkinan terjadi dan persiapkan pencegahannya), Administrasi (Apa saja yang dibutuhkan untuk proses administrasi dan perijinan), Transportasi (Bagaimana cara menjangkau lokasi, apakah menggunakan transportasi umum atau pribadi), Pembiayaan (dari keseluruhan kebutuhan yang telah terdata harus diperhitungkan seluruh kebutuhan anggarannya dan bagaimana cara memenuhinya, apakah dengan sponsor atau dengan biaya pribadi).
Manajemen Team (Personil)
Dalam manajemen team, harus dilakukan pengaturan dan pembagian tugas. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih leader atau pemimpin. Jika leader sudah terpilih, maka tinggal membagi tugas selama perjalanan pendakian. Siapa nanti yang akan berjalan paling depan sebagai penunjuk jalan, siapa yang akan di tengah, dan siapa yang akan menjadi sweeper (paling belakang) pembagian tim ini sangat penting dan harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing personil. Personil yang berada di paling depan harus yang paling mengerti jalur pendakian. Jika seluruh personil belum pernah mendaki di lokasi tersebut, maka harus di pilih personil yang memiliki kemampuan navigasi paling bagus. Selain memiliki kemampuan navigasi yang mumpuni, personil yang berada di paling depan harus memiliki kepedulian besar yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Hal ini dimaksudkan supaya dalam perjalanan, dia tidak meninggalkan rekannya jauh di belakang. Personil yang berada di tengah adalah personil yang memiliki kemampuan terlemah. Tujuannya adalah supaya dia yang menjadi pengatur ritme perjalanan. Jangan pernah sekalipun menempatkan personil terlemah di paling belakang, karena sangat beresiko jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Personil yang berada di belakang adalah anggota tim yang memiliki kemampuan fisik paling kuat dan paling berstamina. Tujuannya sebagai penjaga untuk personil yang kemampuannya lebih lemah yang ada di depannya dan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Lantas dimana posisi leader atau pemimpin? Leader tidak saya masukkan di posisi manapun karena sifatnya fleksibel. Leader bertanggung jawab atas keselamatan timnya, jadi dia harus siap berapa di mana saja. Kadang berada di depan, kadang berada di tengah atau belakang. Seorang leader harus selalu berpindah posisi untuk terus memastikan seluruh anggota teamnya dalam kondisi baik. Seorang leader juga bertanggung jawab mengatur seluruh personilnya supaya tidak tercecer atau terpisah-pisah. Keutuhan team adalah tanggung jawab bersama dan leader sebagai pengemban utama. Pilihlah leader dari personil yang paling bijaksana, paling sabar, paling dewasa, paling peduli, dan paling bertanggung jawab. Dan anggota team lainnya wajib mematuhi instruksi dari leader, meski dalam proses pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah. Persiapan kemampuan fisik dan pengetahuan juga bagian dari manajemen team (personil). Maka sebelum melakukan perjalanan, sebaiknya seluruh anggota tim bisa dengan rutin menjaga kebugaran tubuhnya dan terus mencari pengetahuan tentang pendakian, tehnik hidup di alam bebas, survival, navigasi darat, dan lain-lain.
Manajemen Logistik (Peralatan dan Konsumsi)
Sebelum memulai perjalanan, kita harus mempersiapkan segala kebutuhan peralatan dan konsumsi. Kebutuhan peralatan harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan lama perjalanan. Tidak semua tempat membutuhkan jenis peralatan yang sama. Oleh karena itu informasi tentang lokasi pendakian se-detail-detailnya harus kita miliki supaya kita bisa menentukan peralatan yang cocok dan efisien sesuai dengan kebutuhan pendakian. Kebutuhan peralatan juga harus disesuaikan dengan jumlah personil. Contohnya adalah tenda, jangan sampai kebutuhan tenda kurang dari total kapasitas personil, karena itu sangat beresiko jika terjadi cuaca buruk. Perlengkapan-perlengkapan lainnya juga harus lengkap sesuai fungsinya, seperti peralatan camp, peralatan masak, peralatan istirahat, peralatan perjalanan, peralatan keamanan dan keselamatan, survival kit, dan lain-lain. Dalam manajemen peralatan, kemampuan packing sangat mutlak harus dikuasai supaya seluruh peralatan bisa di angkut dengan efisien.
Untuk manajemen konsumsi juga harus benar-benar dipikirkan dan dilakukan supaya kebutuhan makanan dan minuman bisa mencukupi untuk seluruh personil selama perjalanan hingga selesai. Ada cara sederhana untuk melatih diri melakukan manajemen konsumsi. Caranya adalah dengan memisahkan dan mengemas bahan makanan sesuai dengan waktu makan dan diberi label. Contohnya untuk perjalanan pendakian selama 2 hari 1 malam, maka jam makan kita adalah 6 kali makan. Untuk kebutuhan 6 kali makan, maka kita bisa memisahkan bahan makanan yang kita bawa menjadi 8 bagian. Kenapa 8 bagian, bukan 6 bagian? Kan kebutuhan makan kita hanya 6 kali. Jawabannya adalah 2 bagian untuk cadangan dan antisipasi jika perjalanan kita ternyata lebih lama karena beberapa kendala. Kemudian kemaslah setiap bagian tersebut dan beri label misalnya H1P (artinya hari pertama pagi), H1S (hari pertama siang) dan seterusnya. Untuk logistik cadangan sama sekali tidak boleh dibuka sampai benar-benar dibutuhkan atau perjalanan sudah selesai. Belajarlah disiplin!. Cara di atas bisa kita lakukan untuk melatih manajemen logistik. Tetapi jika kita sudah terbiasa mengatur dengan benar, maka cara tersebut tidaklah diperlukan. Selain pengaturan bahan makanan, jangan lupa juga untuk mengatur kebutuhan air karena air merupakan kebutuhan dasar mahluk hidup. Dalam perjalanan pendakian kita harus selalu mencari informasi mengenai lokasi-lokasi sumber air terdekat dengan jalur pendakian. Jika ternyata sepanjang jalur pendakian tidak ada mata air, maka seluruh kebutuhan air harus kita bawa dari bawah. Sesuaikan kebutuhan air dengan jumlah personil dan lama perjalanan. Harus dipisahkan pula kebutuhan untuk minum, baik selama perjalanan maupun selam di camp dan untuk memasak serta kebutuhan lainnya. Usahakan se-efisien mungkin dalam penggunaan air. Contohnya untuk kebutuhan yang sementara bisa digantikan dengan selain air, maka sebaiknya jangan menggunakan air, seperti kebutuhan buang air untuk membersihkan bisa kita ganti dengan tissue.
Manajemen Transportasi
Melakukan perjalanan pendakian di lokasi yang berbeda dengan tempat kita tinggal maka kebutuhan transportasi harus dipikirkan. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain faktor keselamatan, faktor jarak tempuh, faktor waktu tempuh, faktor biaya. Jika seluruh faktor transportasi sudah kita ketahui, maka kita bisa menentukan jenis transportasi apa yang akan kita gunakan. Jangan sampai hanya menginginkan biaya se-minim mungkin, kita mengabaikan faktor keselamatan
Manajemen Pembiayaan dan Administrasi
Sebelum memulai perjalanan, kita harus bisa menghitung estimasi biaya yang dibutuhkan. Seluruh kebutuhan yang terdata harus terdata pula kebutuhan biayanya, peralatan, konsumsi, transportasi, perijinan dan biaya-biaya lainnya. Hitung seluruh kebutuhan yang ada dan tentukan estimasi biayanya. Selanjutnya mulai dipikirkan untuk memenuhi biaya tersebut. Apakah cukup hanya dengan uang pribadi setiap personil (patungan) atau akan mencoba mencari sponsor untuk membiayai perjalanan kita. Dalam mengatur pembiayaan kita juga harus jeli dan efisien. Pisahkan dahulu uang yang ada sesuai kebutuhannya dan keluarkan sesuai dengan kebutuhannya. Jangan sampai kita menggunakan uang tidak sesuai dengan seharusnya. Untuk manajemen administrasi di sini maksudnya adalah untuk merencanakan bagaimana proses perijinan dan administrasi di tempat yang akan kita datangi. Lagi-lagi proses pengumpulan informasi di sini sangatlah penting. Karena tidak semua tempat memiliki prosedur yang sama. Sebagai pendatang kita harus mematuhi peraturan dan prosedur yang berlaku di tempat yang akan kita datangi.
  • Tahap Pelaksanaan
Dalam manajemen perjalanan pendakian, tahap pelaksanaan hanya dilakukan jika tahap persiapan sudah selesai dan beres. Jika masih terlalu banyak persipan yang kurang maka sebaiknya tunda dahulu perjalanan kita supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Tahap pelaksanaan adalah wujud dari realisasi tahap perencanan. Segala yang sudah kita rencanakan secara matang kita laksanakan sesuai dengan prosedur yang kita buat. Ingat, dalam pelaksanaan perjalanan, jangan sekalipun melanggar apa yang sudah kita rencanakan. Kita bisa mebuat aturan untuk diri kita sendiri, belajar disiplin dari diri kita sendiri. Lakukan perjalanan hanya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Kecuali jika kondisi alam di lapangan menuntut yang berbeda. Misalnya perbedaan kondisi secara mendadak. Akan tetapi, hal-hal tersebut seharusnya sudah ada dalam antisipasi ketika kita melakukan persiapan perjalanan. Salah satu fungsi persiapan adalah untuk membuat prediksi-prediksi perubahan kondisi dimana kita harus membuat rencana cadangan untuk menghadapinya. Jika kita melakukan perjalanan yang sudah terencana dengan baik dan disiplin sesuai dengan perencanaan, maka tujuan perjalanan kita akan dengan mudah kita capai. Setidaknya kita sudah sangat meminimalisir resiko subyektif.
  • Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan ketika perjalanan sudah selesai. Kenapa harus ada evaluasi? Evaluasi sifatnya sangat penting karena bisa digunakan untuk mengetahui segala kendala yang terjadi selama perjalanan dan digunakan untuk antisipasi pada perjalanan berikutnya. Dalam setiap aktifitas seharusnya ada pembelajaran. Pembelajaran bermanfaat untuk proses pendewasaan diri dan untuk memperbaiki aktifitas-aktifitas kita selanjutnya. Begitu pula dengan perjalanan pendakian.
Penutup
Kegiatan pendakian gunung adalah sebuah kegiatan yang penuh resiko. Sudah banyak terjadi kasus kecelakaan di gunung bahkan hingga memakan korban jiwa. Segala yang terjadi memang sudah menjadi kehendak Tuhan Yang maha Esa. Tetapi kita sebagai manusia yang diberkahi akal dan pikiran harus bisa mengambil pelajaran dan mengantisipasi dengan cerdas hal-hal buruk yang memungkinkan bisa terjadi saat pendakian. Gunakanlah kelebihan kita untuk membuat diri kita selamat, sehat dan gembira saat perjalanan pendakian hingga kembali ke rumah. Mati di gunung memang sebuah takdir. Tetapi kita bisa memilih takdir tersebut apakah hanya dengan cara konyol atau dengan cara cerdas. Wajib hukumnya kita membekali diri dengan ilmu pendakian sebagai salah satu bekal perjalanan. Karena mendaki gunung bukanlah kegiatan yang sia-sia, tetapi jangan sampai kita mati sia-sia saat mendaki gunung. Semoga sedikit yang saya tulis bisa sedikit menambah khasanah ilmu pendakian yang sudah ada. Yang terakhir, jangan pernah lupa untuk selalu membawa kembali turun sampah kita. Sekian, salam safety.
“Mendakilah bersama Tuhanmu, Kembali pulanglah bersama teman-temanmu”

Ditulis Oleh :
Henry Setiawan (002/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
Anggota Swapala Kalijaga Angkatan Perintis

Sumber : Pengalaman Pribadi
Blog Penulis : Loopdreamer Adventure

Related Post



0 komentar:

Posting Komentar