Selamat Datang di Blog Swapala - Kalijaga

Swapala Kalijaga merupakan kelompok pencinta alam (PA) yang berbasis di SMA Negeri 1 demak.. Merupakan salah satu dari bagian kegiatan ekstra kurikuler pilihan bagi siswa SMA Negeri 1 demak. Kelompok yang berdiri pada tanggal 09 September 1999 ini kini mulai berkembang menjadi kelompok yang tidak hanya berkegiatan di bidang petualangan saja..

Dasar-dasar Mountaineering

Mountaineering berasal dari kata “mountain” yang berarti gunung. Mountaineering adalah kegiatan mendaki gunung yang terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu : Hill Walking. Merupakan perjalanan pendakian bukit-bukit yang landai, tidak mempergunakan peralatan dan teknis pendakian

Tehnik Dasar Navigasi Darat

Menurut penjelasan pada “Diktat Badan Diklat Wanadri”, navigasi darat adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya maupun pada peta. Berkaitan dengan pengertian tersebut, pemahaman tentang kompas dan peta serta cara penggunaannya mutlak harus dikuasai.

Tehnik Hidup di Alam Bebas

Untuk dapat menikmati kehidupan alam bebas yang memang kadang-kadang penuh dengan resiko, tidak ada jalan lain selain memahami karakteristik alam tersebut. Gejolak-gejolak yang di timbulkan oleh alam memerlukan suatu teknik untuk mengatasinya.

Mendaki Secara Tim Atau Solo?

Kegiatan pendakian gunung sejatinya adalah sebuah kegiatan tim atau bersama. Hal itu dikarenakan kita harus memperhitungkan segala aspek resiko yang mengikuti kegiatan pendakian gunung ini. Akan tetapi tidak sedikit pula yang melakukan kegiatan pendakian gunung ini secara individu atau solo.

22.4.15

Hari Bumi : Sejarah Dan Alasan Memperingatinya

Hari Bumi 22 April
Tepat pada hari ini, tanggal 22 April 2015 seluruh dunia memperingati satu hari spesial yang dinamakan "Hari Bumi". Banyak penggiat alam, pemerhati lingkungan dan para aktifis kelestarian alam di seluruh dunia menganggap bahwa hari ini merupakan satu hari spesial. Tetapi apakah kita sudah memahami makna sesungguhnya dari Peringatan Hari Bumi tadi? Apakah kita sudah mengetahui sejarahnya hingga tercetus satu hari spesial untuk para penggiat alam ini?

Sejarah Hari Bumi
Hari Bumi pertama kali diperingati pada tahun 1970. Penggagasnya adalah Gaylord Nelson, seorang senator Amerika Serikat dari Wisconsin yang juga pengajar lingkungan hidup. Tetapi isu mengenai peringatan Hari Bumi ini sudah mulai muncul sejak tahun 1969 atau setahun sebelumnya melalui pidatonya di Seatlle tentang desakan untuk memasukkan isu-isu kontroversial. Dan isu mengenai lingkungan hidup merupakan salah satu isu yang paling sering disuarakan pada saat itu karena mulai munculnya kepedulian dari sebagian masyarakat dunia mengenai pentingnya kelestarian alam demi kelangsungan hidup manusia. Tidak disangka, ternyata gagasan dari Nelson ini mendapatkan dukungan yang luar biasa dari masyarakat sipil hingga puncaknya pada peringatan Hari Bumi yang pertama kali tanggal 22 April 1970. Pada peringatan yang pertama kali itu, tercatat sebanyak 20 juta orang turun ke jalan berdemonstrasi dan memadati Fifth Avenue di New York untuk mengecam para perusak bumi. Tanggal 22 April juga bertepatan dengan musim semi di Northern Hemisphere (belahan bumi utara) sekaligus musim gugur di belahan bumi selatan. Sejak saat itulah setiap tahun pada tanggal 22 April seluruh dunia memperingati sebagai Hari Bumi.
Gaylord Nelson

Mengapa kita Memperingati Hari Bumi
Sebuah sumber di internet mengungkapkan : Hari Bumi merupakan kampanye untuk mengajak orang peduli terhadap lingkungan hidup. Gerakan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini yaitu bumi. Hari Bumi telah menjadi sebuah gerakan global yang mendunia hingga kini. Pelaksanaannya di seluruh dunia dikordinasi oleh Earth Day Network’s, sebuah organisasi nirlaba beraggotakan berbagai LSM di seluruh dunia.
PBB sendiri memilih tanggal 20 Maret saat di mana matahari tepat diatas khatulistiwa sebagai peringatan Hari Bumi. Ini mengacu pada ide “hari bagi orang-orang Bumi” yang dicetuskan aktivis perdamaian John McConnell. Hari yang lebih dikenal sebagai “Hari Bumi Equinoks” ini diperingati PBB setiap tahunnya sejak 21 Maret 1971. Namun PBB juga mengakui tanggal 22 April sebagai hari bumi yang dilaksanakan secara global. PBB secara resmi merayakannya 22 April sebagai “International Mother Earth Day“.
Jadi bisa kita tarik kesimpulan bahwa Peringatan Hari Bumi ini lebih ke pengangkatan isu global tentang lingkungan hidup yang seringkali dilupakan oleh banyak orang. Bukan sekedar kegiatan seremonial saja, tetapi lebih mendalam untuk terus menjadi tonggak kesadaran bagi masyarakat untuk terus mencintai lingkungannya. Berawal dari hal kecil, berlanjut menjadi sesuatu yang besar dan tentu saja akan berdampak positif pada hajat hidup di masa kini hingga ke masa mendatang pada generasi-generasi selanjutnya. Lantas bagaimana mengimplementasikan Hari Bumi dalam kehidupan kita? Swapala-Kalijaga yang merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang petualangan dan lingkungan juga seharusnya dapat mewarisi semangat Hari Bumi dalam setiap aspek kehidupan. 

Banyak hal konkrit yang bisa kita lakukan, diantaranya adalah :

1. Kepedulian Tentang Sampah
Kepedulian tentang sampah di sini bukan sekedar dalam "Membuang Sampah Pada Tempatnya". Tetapi lebih tentang pengelolaan sampah sebagai pengelolaan gaya hidup. Isu tentang sampah bukanlah suatu hal yang baru. Masalah sampah sudah menjadi permasalahan publik sejak lama. Sekedar membuang pada tempatnya pun nantinya akan menimbulkan permasalah baru lagi mengenai pengelolaannya, terutama untuk sampah non organik. Lantas bagaimana kita bisa mengelola sampah tersebut? Tentu saja melalui hal kecil terlebih dahulu dari gaya hidup kita. Beberapa contohnya adalah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle. Mengurangi konsumsi penggunaan benda yang berpotensi menambah sampah, salah satu contohnya mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai. Kita yang terbiasa membeli makanan di warung bisa membiasakan makan di warung saja, tidak membungkus makanan untuk dibawa pulang, tujuannya mengurangi penggunaan plastik dan kertas. Saat kita beraktifitas seperti mendaki gunung atau kegiatan lainnya misalnya, biasakan untuk TIDAK membeli minuman kemasan botol karena botol-botol minuman tersebut juga berpotensi menambah jumlah sampah. Biasakan menggunakan botol minuman yang bisa dipakai berkali-kali, sedangkan minumannya kita beli dalam kemasan besar yang bisa di isi ulang atau kemasan galon. Serta banyak contoh-contoh lainnya yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Hemat Energi
Krisis energi semakin hari semakin menjadi ancaman bagi umat manusia. Tentu saja hal tersebut bukan tanpa alasan. Penggunaan energi, terutama energi fosil semakin hari semakin meningkat sedangkan cadangan yang ada di dalam bumi semakin menipis, ditambah lagi masyarakat yang tidak memiliki kesadaran untuk membiasakan menghemat dalam penggunaan energi tersebut. Memang tidak bisa dipungkiri, unsur energi ini menjadi salah satu unsur kehidupan manusia yang tidak bisa dihilangkan, tetapi kita bisa lebih bijak dalam mempergunakannya. Matikan alat-alat listrik jika tidak digunakan, menghemat BBM dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi atau memaksimalkan kapasitas kendaraan supaya bisa lebih hemat dalam penggunaan BBM. Membiasakan diri menggunakan angkutan umum atau menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan dan hemat energi.

3. Menanam Pohon
Sekecil apapun lahan yang kita miliki, tanamlah pohon. karena pohon memiliki andil besar untuk menyaring udara supaya lebih ramah untuk kita hirup dalam kehidupan sehari-hari. selain pada lingkungan sendiri, ikutlah menanam pohon untuk kelestarian alam di tempat publik seperti di pinggir jalan atau bahkan di hutan. Pohon mampu mengurangi konsentrasi pencemaran udara yang tentunya sangat berbahaya untuk kesehatan, mampu mengurangi dampak perubahan kontur bumi seperti longsor, abrasi, erosi, dll, pohon juga mampu mengurangi dampak pemanasan global yang berakibat pada menipisnya lapisan ozon dan membahayakan bumi yang disebabkan oleh penggunaan energi yang berlebihan. Manfaat lain dari pohon ini adalah dapat mereduksi radiasi gelombang elektromagnetik yang ditimbulkan oleh komputer dan televisi.

Beberapa contoh di atas merupakan hal kecil dan konkret yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membiasakan diri melakukan mulai dari hal kecil, diharapkan kita bisa melakukan hal besar di kemudian hari nanti. Dan diharapkan semangat Hari Bumi sebagai momentum kesadaran akan kelestarian alam dan lingkungan bisa terus tertanam di dalam diri kita setiap saat setiap waktu, bukan hanya sekedar pada hari peringatannya saja. Jadikan Hari Bumi menjadi setiap hari dalam kehidupan kita. Karena sesungguhnya alam ini bukanlah warisan dari nenek moyang, tetapi titipan dari anak cucu kita. Salam Hari Bumi, Salam semangat kelestarian alam, salam Swapala Kalijaga

"Menanam Pohon Mangrove" Salah satu kegiatan Swapala Kalijaga untuk memperingati Hari Bumi

"Menanam Pohon Mangrove" Salah satu kegiatan Swapala Kalijaga untuk memperingati Hari Bumi

"Menanam Pohon Mangrove" Salah satu kegiatan Swapala Kalijaga untuk memperingati Hari Bumi

20.4.15

Pemimpin Baru Harapan Baru


seperti sudah sempat dipaparkan pada artikel sebelumnya : Tentang Suksesi Kepemimpinan Dan Reorganisasi bahwa saat ini Swapala-Kalijaga sedang dalam masa pemilihan calon pemimpin baru untuk masa kepengurusan tahun 2015/2016. Sejak mulai tahapan awal berupa penyaringan calon ketua, kini telah terlaksana PEMILU raya Swapala-Kalijaga yang dilaksanakan melalui 2 sistem yaitu online dan pemilihan langsung. Pemilihan online berupa pemilihan melalui line SMS/WA/BBM dari para alumni yang tidak bisa terlibat secara langsung untuk memilih calon ketua tersebut. pemilihan online dimulai dari tanggal 17 April 2015 jam 00.00 dan ditutup pada tanggal 18 April 2015 jam 15.00. Sedangkan pemilihan langsung dilakukan di SMAN 1 Demak yang merupakan basis dari Organisasi ini pada tanggal 18 April 2015 jam 16.00. 

Berikut hasil lengkap pemilu raya Swapala Kalijaga tahun 2015/2016 :

- Total suara masuk melalui e-vote (pemilihan online) : 20 suara
- Total suara melalui pemilihan langsung : 33 suara
- Total keseluruhan : 53 suara

Hasil Pemilihan :
- Calon pertama (Awwaludin Nafiurrasyid) : 16 Suara
- Calon kedua (Achsania Dewi Pangesti) : 6 Suara
- Calon ketiga (Yusuf Cahya Wibawa) : 31 Suara

Selamat kepada Yusuf Cahya Wibawa yang secara resmi telah terpilih menjadi pemimpin baru Swapala-Kalijaga periode 2015/2016. Semoga bisa menjadi pemimpin yang amanah, bisa mewujudkan apa yang menjadi visi-misi nya, sanggup membawa Swapala-Kalijaga menjadi lebih maju lagi dan lebih berprestasi lagi. Dan semoga kepengurusan baru yang nantinya dibentuk dibawah kepemimpinannya dapat mengemban semua tugas dan menyelesaikan apa yang menjadi tujuannya. Dan diharapkan bagi seluruh tim untuk bisa mendukung dan ikut andil dalam pelaksanaan tugas ke depan nanti. Karena sesungguhnya kemenangan ini adalah kemenangan dari seluruh organisasi Swapala-Kalijaga. Tetap kedepankan kerjasama dan kerja kolektif demi terciptanya prinsip "Kerja Keras, Kerja Ikhlas, Kerja Cerdas". Untuk serah terima jabatan secara resmi akan dilakukan saat ekspedisi akhir tahun dan evaluasi keanggotaan nanti saat liburan semester di puncak Gunung Lawu. Dan secara resmi kepengurusan yang baru akan bertugas setelah dilakukan serah terima jabatan secara resmi.
Ingat.. Tugas berat menunggu di masa depan!. Swapala-Kalijaga... Jaya...!!!

Yusuf Cahya Wibawa (Ketua Terpilih Swapala-Kalijaga periode 2015/2016)

17.4.15

TENTANG SEBUAH PERJALANAN | REFLEKSI 15 TAHUN SWAPALA KALIJAGA

"Sebuah tulisan tentang sejarah singkat berdirinya organisasi Swapala Kalijaga yang sempat ditulis oleh salah satu pendirinya yaitu Henry Setiawan (002/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi) pada HUT 15 Tahun Swapala-Kalijaga 09 September 2014 lalu"
Tulisan asli silahkan buka link Berikut : Klik di Sini


HUT 15 Tahun Swapala Kalijaga 09 September 2014

Mencoba mengais sisa ingatan 15 tahun yang lalu. Tepat di hari ini tanggal 9 september 1999, malam hari setelah pertemuan pertama kegiatan ekstrakurikuler pencinta alam di SMA (dulu bernama SMU) Negeri 1 demak. Banyak hal yang menjadi gambaran, rencana bahkan mimpi tentang bagaimana nantinya organisasi ini berjalan. Dan jujur saja saat itu sama sekali tidak ada bayangan kelompok ini akan tetap ada hingga 15 tahun kemudian. Bahkan sama sekali saya tidak berpikir tentang perasaan yang akan saya rasakan 15 tahun kemudian ketika melihat organisasi ini. Yang ada dalam benak saya saat itu cukup sederhana, saya punya wadah untuk menyalurkan hobi mendaki gunung, itu saja. Sebab sejak beberapa tahun sebelumnya saya sudah punya hobi hiking, camping dan jalan-jalan di hutan, juga sudah 2 tahun sebelumnya mengusulkan untuk diadakan kegiatan ekstrakurikuler pencinta alam ini.
Sedikit memundurkan waktu lagi, 2 tahun sebelum 9 september 1999, saya masuk ke SMAN 1 Demak sebagai siswa baru di kelas 1. Saya dikenal sebagai siswa yang cukup “bandel”, sering keluar masuk ruang konseling sekolah dan sering berurusan dengan pelanggaran tata tertib sekolah. Tapi hal tersebut justru memberi nilai lebih, sebab saya jadi lebih dikenal oleh warga sekolah, terutama guru. Saya jadi memiliki keberanian untuk bicara di depan umum, hingga saya berani mengusulkan untuk diadakan kegiatan ekstrakurikuler pencinta alam. Bersama beberapa kawan yang memiliki kegemaran yang sama, kami mencoba untuk mengusulkan  untuk diadakan ekstrakurikuler pencinta alam. Tetapi usulan kami tidak dapat direalisasikan karena beberapa alasan, salah satunya belum ada orang yang siap dan mampu menjadi pelatih, sebab aturan di sekolah kami setiap kegiatan apapun harus ada pelatihnya. Benar kami kecewa, tapi perjalanan tidak seketika berhenti, kami tetap melakukan hobi kami mendaki gunung meski tanpa adanya wadah untuk menyalurkannya juga untuk tempat belajar. Tahun kedua, kami mencoba kembali untuk mengusulkan, tapi kami masih mendapatkan jawaban yang sama. Tak peduli begitu besar rasa kecewa saat itu, kami tetap teguh pada pendirian untuk tidak menghentikan kegemaran kami, juga tidak habis untuk terus yakin bahwa suatu saat kegiatan ini pasti akan didukung pihak sekolah. Sumbing, sindoro, ungaran, merbabu, dan lain-lain terus menjadi tempat bermain kami, sambil terus mengumpulkan kawan sehobi dan saling memupuk semangat. Hingga tanpa terasa ujian kenaikan kelas pun datang, dan kami naik ke kelas 3. Masih dengan semangat yang sama kami kembali mengusulkan kegiatan ini, tapi lagi-lagi kami mendapatkan penolakan dengan alasan yang sama, ditambah dengan alasan bahwa kami sudah kelas 3 dan harus konsentrasi menghadapi ujian nasional (waktu itu masih bernama EBTANAS). Kecewa berat-lah yang kami rasakan. Tapi tidak lama berselang, tiba-tiba kami dihubungi oleh bapak pembina OSIS sekaligus Waka Kesiswaan yaitu Pak Kirno, kami diberitahukan bahwa kegiatan ekstrakurikuler pencinta alam resmi dibuka dan kelompok kami diminta untuk mengurusnya. Tentu saja kami senang, tetapi masih ada beberapa pertanyaan yang mengganjal, yaitu siapa nanti yang akan menjadi pelatih? kami sudah kelas 3 bagaimana kami akan mempersiapkan ujian jika masih ikut kegiatan? Bagaimana cara penggalangan pesertanya? Dan lain sebagainya. Dan jawaban dari Pak Kirno pun cukup mengejutkan. Pelatih sudah ada tinggal adakan pertemuan, kami tidak perlu takut menghadapi ujian, tetaplah ikut kegiatan, toh kalaupun kami dilarang ikut kegiatan masih tetap naik gunung kan? Segera sebarkan formulir ke siswa kelas 1 dan 2 untuk ikut kegiatan ini. Dan hari kamis tanggal 9 september 1999 kami disuruh untuk mengadakan pertemuan pertama (selanjutnya tanggal 9 september 1999 disepakati sebagai hari lahirnya organisasi pencinta alam SMAN 1 Demak yang nantinya bernama SWAPALA KALIJAGA).
Pertemuan pertama
Sore hari, kamis 9 september 1999, hari dimana waktu itu berhembus isu akan datangnya hari kiamat, dengan penuh semangat kami datang untuk pertemuan pertama kegiatan ekstrakurikuler pencinta alam di SMAN 1 Demak. Memilih salah satu ruangan di sekolah, kami mengumpulkan anak-anak kelas 1, 2 dan 3 yang berminat dengan kegiatan baru ini. Sebagian besar dari mereka masih belum mengerti tentang kegiatan ini, informasi tentang kegiatan petualangan saat itu masih minim. Belum ada media internet, bahkan televisi masih sangat jarang menyiarkan kegiatan-kegiatan petualangan. Saya tidak ingat berapa orang yang waktu itu datang, yang jelas ruangan 1 kelas penuh. Beberapa saat setelah kami kumpul, masuklah seorang pria paruh baya, berperawakan kurus tapi terlihat tegap dan kuat. Tak lama beliau membuka pertemuan dengan memperkenalkan diri, namanya Sarjono dan kami selanjutnya memanggil beliau dengan sebutan Pak Jon. Beliaulah yang menjadi pelatih pertama kami. Beliau mulai memperkenalkan tentang pencinta alam, tentang kegiatan-kegiatannya, tentang ilmu dan tatacara berpetualang yang baik, dan lain-lain. Hingga hari menjelang petang akhirnya beliau menutup pertemuan pertama hari itu dan menyepakati untuk bertemu kembali kamis depan. Seusai pertemuan pertama tersebut saya dan beberapa teman “senior” lainnya menemui beliau secara khusus dan mengobrol tentang bagaimana kelanjutan dari kegiatan ini. Sungguh luar biasa, pertemuan dan perkenalan pertama seolah beliau sudah menganggap kami seperti saudaranya (pelajaran pertama untuk pencinta alam, pendaki atau apapun istilahnya adalah PERSAUDARAAN). Dan beliau bahkan mengajak kami main ke rumahnya yang lokasinya tidak jauh dari lingkungan sekolah.

Bapak Sarjono (Pak Jon) Pelatih Pertama Swapala Kalijaga
Kegiatan luar sekolah pertama
Sekitar bulan oktober, setelah beberapa kali pertemuan kami merencanakan untuk kegiatan keluar sekolah, dan kami sepakat kegiatan pertama ini adalah pendakian ke gunung ungaran, jawa tengah. Lokasi ini kami pilih karena relatif dekat dan tidak terlalu ekstrim untuk ukuran pemula atau pertama kali mendaki gunung. Peserta kegiatan ini kurang lebih 30 orang, saya lupa berapa jumlah pastinya. Dan di sela kegitan ini diadakan acara malam berupa pengukuhan calon anggota di area barak promasan. Pak Jon yang waktu itu menjadi pelatih kami didampingi oleh beberapa rekan dari jepara, mereka pula lah yang menjadi senior kami dan memberi banyak pelajaran tentang ke-pencinta alam-an yang kami semua belum tahu. Kegiatan secara keseluruhan berjalan lancar dan sukses. Setelah kami menggapai puncak pada pagi hari, kami pun turun dan pulang dengan membawa pengalaman baru yang sangat berharga. Meskipun pendakian itu bukan pendakian gunung ungaran pertama saya, tapi pendakian itu saya rasakan sangat berbeda, sebab kami bukan sekedar berjalan untuk menggapai puncak saja, kami diberikan pelajaran dan bekal untuk memajukan organisasi ini nanti di kemudian hari. Kami semua diberikan bekal berupa pendidikan mental supaya kami siap mengahadapi tantangan apapun di kemudian hari ketika menjalankan organisasi dan beraktifitas di alam bebas. Kami mendapatkan pelajaran baru dan lebih mendalam tentang kekompakan dan tentang persaudaraan.
Pose sebelum berangkat kegiatan pendakian pertama (oktober 1999)
Tentang rencana pembentukan angkatan pertama
Hingga usai kegiatan pertama yaitu pendakian gunung ungaran dan pengukuhan calon anggota, organisasi kami masih belum punya bentuk. Organisasi belum memiliki nama, belum punya lambang, bahkan belum ada kepengurusan. Dan tim kami (senior kelas 3) yang saat pertemuan pertama masih banyak personilnya kini semakin berkurang. Sebagian besar sudah mulai sibuk untuk persiapan menghadapi ujian nasional. Kami tinggal 3 orang, yaitu yacob, salis dan saya sendiri dibantu satu orang kawan dari sekolah lain bernama arfa alias onank dan satu orang lagi sudah alumni bernama edi alias wayank. Dan berdasarkan instruksi dari Pak Jon dan rekan, bahwa sebuah organisasi bisa dianggap organisasi dengan syarat memiliki nama organisasi, pengurus, lambang, program kerja dan anggota. Untuk nama organisasi masih dalam pencarian, karena kami tidak mau main-main dengan organisasi ini, kami memiliki visi yang jauh ke depan maka nama organisasi harus dipikirkan secara mendalam, begitu pula dengan lambangnya. Akhirnya kami memutuskan untuk lebih dulu memikirkan keanggotaan. Berdasarkan pengalaman dari Pak Jon dan visi ke depan, untuk keanggotaan harus melewati proses sedemikian rupa berupa diklatsar dan pelantikan. Maka sebelum membentuk angkatan pertama, harus terlebih dulu membentuk angkatan perintis. Angkatan yang nantinya akan mendidik dan melantik angkatan pertama. Maka kami diberikan instruksi untuk memilih 10 orang dari seluruh peserta kegiatan ekstrakurikuler yang paling menonjol, baik keaktifannya, intelejensinya, semangatnya dan tentu saja yang paling utama dedikasinya. Maka setelah melalui beberapa tahapan pencarian dan seleksi, terpilihlah 10 orang diantaranya saya sendiri, yacob, suko, leon, ismail, sinik, dhina, budi, vina dan erna untuk dididik secara khusus berupa diklatsar sebagai angkatan perintis pencinta alam SMAN 1 Demak (masih belum punya nama organisasi). Kami ber 10 menjalani kegiatan diklatsar di jepara di sekitar area SMA Tahunan selama 2 hari 1 malam (hari dan tanggalnya lupa). Mengingat terlalu singkatnya waktu, maka kegiatan dipadatkan sedemikian rupa sehingga berasa menjadi jauh lebih berat. Jujur saja kegiatan diklatsar saat itu benar-benar jauh dari dugaan saya. Saya berpikir akan menjalani pendidikan yang santai, tetapi sesungguhnya sangatlah berat. Tapi entah kenapa sama sekali tidak ada rasa penyesalan mengikuti pendidikan tersebut. Mungkin karena semangat dan keinginan memajukan organisasi jauh lebih besar daripada tantangan yang kami hadapi saat itu. Dan bagaimanapun juga diklatsar itu benar-benar bisa membuka nurani kami dan benar-benar bisa membentuk mental, kepribadian bahkan ideologi kami semua. Kami semakin semangat untuk membentuk organisasi dan memperjuangkannya sampai kapanpun hingga benar-benar menjadi organisasi yang maju. Maka setelah usai kegiatan diklatsar tersebut, telah resmilah terbentuk angkatan perintis kelompok pencinta alam SMAN 1 Demak.
Tentang nama organisasi dan lambangnya
Beberapa waktu setelah usai terbentuknya angkatan perintis, kami 10 orang segera membagi tugas untuk melanjutkan program berikutnya, yaitu merencanakan diklatsar dan pembentukan angkatan pertama, menentukan nama organisasi, menentukan lambang, program kerja, dan lain-lain. Begitu banyak tugas menunggu didepan mata dengan waktu yang relatif singkat. Kami hanya punya waktu sekitar 2 bulan untuk merencanakan semua itu. Dengan yacob sebagai ketua koordinator dan saya sebagai wakilnya, mulailah kami melangakah. Target yang pertama harus segera ditentukan dan disepakati adalah memilih nama organisasi dan lambangnya. Setelah melalui perdebatan panjang dan mempertimbangkan beberapa usulan maka disepakatilah nama SWAPALA KALIJAGA sebagai nama organisasi kami. Nama yang kami pilih ini tentunya bukan sekedar nama, sebab kami pun memikirkan makna filosofisnya demi menjadi sebuah visi untuk menjadi abadi nantinya organisasi ini. Dan makna dari nama ini terdiri dari 2 makna yaitu tersirat dan tersurat. Makna tersuratnya adalah singkatan dari Siswa-siswi Pencinta Alam Kalijaga. Nama kalijaga sebagai identitas asal kami berada yaitu Demak, dimana nama Kalijaga dikenal sebagai wali terkemuka yang berasal dari Demak. Sedangkan untuk makna tersiratnya adalah Swapala Kalijaga terdiri dari suku kata Swa artinya sendiri atau diri sendiri, Pala dan Kali berupa simbol dari alam yaitu buah pala sebagai simbol alam raya dan Kali atau sungai sebagai simbol alam juga dan kali/sungai juga bisa menjadi indikator terjaganya atau rusaknya alam. Dengan sungai yang terjaga kelestarian dan kebersihannya maka terjaga pula kelestarian alam. Sedangkan kata Jaga tentu saja berarti jaga/tidak tidur atau menjaga atau waspada. Secara keseluruhan maka Swapala Kalijaga memiliki makna siap sedia menjaga kelestarian alam (sungai, pala (tumbuhan/hutan) dan segala isinya) dimulai dari diri sendiri (swa). Sayangnya pendokumentasian segala proses waktu itu masih kurang, baik file catatan maupun dokumentasi foto, yang tersisa hanya sisa-sisa ingatan di kepala yang semakin memudar. Alhasil saya sendiri gagal mengingat secara detail tanggal dan waktu segala proses bersejarah itu terjadi. Sedangkan untuk lambang organisasi, juga melalui proses yang hampir serupa, melalui beberapa usulan dan perdebatan yang cukup panjang. Akhirnya kami pun sepakat menggunakan lambang yang diusulkan oleh Pak Jon dan tetap menggunakannya hingga sekarang dan seterusnya. Sedangkan untuk warna kebesaran kami memilih warna orange/jingga sebagai dasar untuk bendera dan atribut organisasi berupa syal/slayer. Alasan memilih warna orange adalah warna inilah yang paling terang dan menonjol jika berapa di tengah rimbunnya hutan. Bisa berfungsi sebagai tanda jika mengalami hal buruk misal tersesat, sebab warna orange cukup kontras di antara warna pepohonan dan bisa dilihat dari jarak yang cukup jauh.
Lambang Swapala-Kalijaga
Diklatsar dan pelantikan angkatan pertama
Hingga usai penentuan nama dan lambang organisasi, 10 orang angkatan perintis Swapala Kalijaga masih cukup solid dan kompak. Meski beda pendapat terkadang juga terjadi, tetapi kami selalu bisa memecahkan masalah dan mendapatkan solusi. Hal itu tentunya dikarenakan kami semua memiliki niat dan tujuan yang sama, dan tentu saja kami selalu didampingi oleh pelatih kami Pak Jon yang tak pernah lelah memberi nasehat, solusi, pemecahan masalah, dan tentu saja kopi sebagai pemicu semangat dan inspirasi.
Target berikutnya yang harus kami jalankan adalah kegiatan diklatsar dan pelantikan sebagai pembentukan angkatan pertama Swapala Kalijaga. Kami membentuk kepanitiaan dari 10 orang tim perintis tersebut. Bekerja dalam waktu singkat, dengan personil terbatas dan untuk melaksanakan kegiatan besar tentunya bukan hal yang mudah. Segala hal harus dipersiapkan dengan baik sebab kegiatan diklatsar yang pertama adalah untuk pembentukan pondasi organisasi. Jika sampai kegiatan ini gagal, maka gagal pula kami membentuk organisasi ini. Maka segala hal kami curahkan dengan penuh semangat dan keikhlasan. Mulai dari merencanakan lokasi, waktu pelaksanaan, lama kegiatan, isi kegiatan, dan lain-lain. Dengan deskripsi tugas masing-masing dan bekerja secara kolektif kami merencanakan kegiatan ini. Sesuai kesepakatan bersama, kami kembali memilih lokasi di promasan, gunung ungaran sebagai lokasi kegiatan diklatsar. Dengan pertimbangan keamanan, kenyamanan, dan kelayakannya maka lokasi promasan ini sudah cukup memenuhi syarat, dan sebagian besar panitia sudah menguasai medan (sudah beberapa kali ke lokasi). Kegiatan diklatsar angkatan pertama dilaksanakan bulan Januari tahun 2000, hari dan tanggalnya saya lupa, yang jelas kalau tidak salah sekitar 4 hari sebelum lebaran haji (idul adha). Kegiatan dilaksanakan selama 3 hari 2 malam dan diikuti oleh sekitar 25 orang peserta. Kami panitia hanya 10 orang, tentu saja kami kewalahan dan hampir dipastikan tidak akan sanggup menangani keseluruhan kegiatan, beruntung kami dibantu oleh tim instruktur yang dibawa oleh Pak Jon dari Jepara dan Semarang. Kegiatan berlangsung dengan lancar dan selesai tepat waktu dengan ditandai dilantiknya seluruh peserta dan mereka resmi menjadi anggota Swapala Kalijaga angkatan pertama. Rasa lelah yang luar biasa serasa seketika hilang ketika mengetahui kegiatan telah usai, lancar dan sukses. Maka resmilah Swapala Kalijaga menjadi organisasi yang lengkap dengan anggota, nama dan lambang. Kamilah Swapala Kalijaga SMAN 1 Demak orgaanisasi pencinta alam tingkat pelajar yang PERTAMA di kabupaten demak.

Suasana Pelantikan Anggota Angkatan Pertama (Promasan, Januari 2000)
Suasana Pelantikan Anggota Angkatan Pertama (Promasan, Januari 2000)

Pasang surut organisasi
Sebagai rintisan organisasi baru tentu saja tantangan yang dihadapi tidaklah sedikit. Berbagai permasalahan datang silih berganti. Sebagai kegiatan baru yang masih awam di masyarakat Demak, aktifitas kami selalu mengundang tanda tanya, sebab kegiatan kami yang banyak dilakukan di luar ruangan seperti di hutan, gunung, pantai dan lain sebagainya. Tidak sedikit yang mencibir dan menganggap kegiatan ini tidak ada manfaatnya, hanya membuang waktu, uang serta berpotensi terjadi tindakan atau perilaku asusila. Bahkan tidak sedikit orang tua siswa yang tidak mengijinkan anaknya untuk mengikuti kegiatan ini. Bahkan saya sering menemani Pak Jon mendatangi orang tua siswa yang membutuhkan penjelasan secara langsung mengenai kegiatan ini. Semua itu kami lakukan demi tetap berlangsungnya organisasi ini, sebab sebagai organisasi baru, atau sebagai kegiatan ekstrakurikuler baru, pihak sekolah masih menuntut anggota/peserta sesuai ketentuan minimal jumlah anggota. Jika peminat atau anggota Swapala Kalijaga hanya sedikit maka kegiatan ini terancam dibubarkan. Dengan berbagai usaha dan upaya tersebut, kami berhasil memenuhi ketentuan pihak sekolah. Selain itu, kami pun menjawab segala cibiran dengan melakukan tindakan nyata untuk kelestarian alam, berupa mengikuti kegiatan-kegiatan konservasi seperti penghijauan, bersih gunung dan lain sebagainya. Beberapa kali mengikuti perlombaan berupa lintas alam, karya ilmiah, panjat dinding, dan kami pun tidak jarang bisa meraih predikat juara.
Selain beberapa permasalahan itu, tak jarang juga ada permasalahan yang timbul dari dalam. Mulai dari meredupnya semangat anggota, perselisihan, hingga upaya penghancuran organisasi dari dalam. Tetapi dengan segala keteguhan hati, saya beserta kawan-kawan yang masih peduli masih bisa terus mempertahankan Swapala Kalijaga hingga saat ini dan bisa mengatasi segala permasalahan yang muncul.

Dari organisasi menjadi sebuah “rumah”
Sejak awal berdirinya Swapala Kalijaga, hal pertama yang kami pelajari adalah prinsip kekeluargaan dan ikatan persaudaraan. Hingga prinsip dan pelajaran itu pun terus menurun dan mengakar di seluruh angkatan. Kami semua berprinsip bahwa Swapala Kalijaga adalah keluarga, sehingga satu sama lain harus memiliki kesadaran dan kemauan untuk saling membantu, saling menjaga dan saling melindungi satu sama lain. Layaknya sebuah keluarga, maka kami semua memiliki rumah yaitu organisasi Swapala Kalijaga. Jadi dimanapun para anggota terutama yang sudah alumni berada, sejauh apapun mereka mengembara, mereka selalu memiliki “rumah” untuk “pulang” melepas rindu, menemukan kenyamanan dan tentu saja memiliki keluarga. Maka dengan prinsip tersebut, setiap angkatan baru yang baru saja dilantik memiliki tanggung jawab menjaga “rumah” ini tetap ada dan tetap nyaman untuk disinggahi serta memiliki tanggung jawab untuk melahirkan anggota keluarga baru. Begitu seterusnya tanpa terputus.
Hingga tanpa saya sadari kini telah 15 tahun sejak malam tanggal 9 september 1999, ketika saya tidak sempat memikirkan ekspektasi hingga sejauh ini untuk Swapala Kalijaga, ketika keinginan saya waktu itu hanya sesederhana itu.
Telah banyak waktu saya habiskan untuk Swapala Kalijaga, berusaha terus menjadikannya sebagai “rumah” yang nyaman untuk seluruh anggota. Betapa besar rasa sayang yang saya miliki untuk Swapala Kalijaga, hingga selalu mengeluarkan rasa haru yang tak terhingga setiap tahun di tanggal 9 september. Tanggal ini akan selalu sakral untuk saya secara pribadi. Di Swapala Kalijaga lah keluarga kedua saya. Di sini lah juga saya dipertemukan dengan pendamping hidup saya, seorang anggota dari angkatan VII (096/SWP-KJ/Varanus komodoensis) bernama Sholihah yang kini menjadi istri.
Tentang perjalanan yang tak ingin berakhir
Masih dengan sisa ingatan yang ada, saya masih berusaha mengingat kisah perjalanan ini. Perjalanan yang dulu diawali dengan keinginan sederhana, hingga berubah menjadi perjalanan yang tak ingin berakhir. Proses 15 tahun ini serasa begitu singkat, tapi juga memunculkan sedikit kehawatiran bagaimana jadinya jika nanti harus berakhir. Sejujurnya saya belum bisa membayangkan bagaimana rasanya jika memang terjadi. Harapan yang ada saat ini adalah semoga generasi-generasi sekarang dan selanjutnya masih mewarisi semangat dan dedikasi yang sama kuatnya dengan para pendahulu terutama para perintis. Bukan sekedar untuk menghargai mereka yang telah memperjuangkan organisasi ini, tetapi untuk terus membangun dan menjaga “rumah” ini terus kokoh berdiri dan terus menjadi pelindung dari segala mara bahaya serta menjadi tempat yang nyaman untuk bercengkerama.
Demikian kisah tentang perjalanan dari sisa ingatan yang telah berusaha keras saya tumpahkan dalam bentuk tulisan, semoga saja bisa memberi inspirasi bagi generasi baru Swapala Kalijaga. Semoga bisa semakin menggugah semangat dan dedikasi terhadap “rumah” dan keluarga kita. Mari terus kita jadikan Swapala Kalijaga sebagai tempat yang nyaman untuk saling berbagi dan menyayangi sebagai keluarga. Ingatlah dan tanamkan selalu di dalam hati kalian bahwa “perjalanan ini TIDAK BOLEH berakhir”.
Solidarity Forever…!!!
Swapala Kalijaga… JAYA…!!!
0909’14
Henry B.S
(002/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
** Daftar nama anggota angkatan perintis :
1. Yacob Priyo Triantoro (Ketua) (001/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
2. Henry Bella Setiawan (002/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
3. Suko Widjaksono (003/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
4. Surya Leon Ardianto (004/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
5. Ismail Musa (005/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
6. Erna Trimulyani (006/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
7. Sinik Isfahani Ulya (007/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
8. Budi Setyani (008/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
9. Dhina Novita Rahmaulfa (009/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)
10. Vina Amalia Virgonita (010/SWP-KJ/P/Paradisaea rudolphi)


16.4.15

Tentang Suksesi Kepemimpinan Dan Reorganisasi

Setiap organisasi pasti memiliki kepengurusan. Kepengurusan di setiap organisasi bisa berbeda-beda sesuai dengan ciri, karakter bahkan dari budaya organisasi itu sendiri. Kepengurusan dalam organisasi bersifat sangat penting dan wajib karena itu merupakan salah satu syarat mutlak bahwa organisasi tersebut berjalan dengan benar selain unsur lain seperti program kerja dan lain-lain. Salah satu syarat wajib bagi setiap organisasi adalah harus memiliki ketua/koordinator yang bertugas sebagai komandan utama dalam menjalankan setiap program dan kegiatan. Seorang ketua memiliki tanggung jawab mengatur segala urusan keorganisasian, mengatur jalannya program kerja serta penanggung jawab dari semua kegiatan. Seorang pemimpin harus tahu betul karakter organisasinya, mengerti budaya organisasinya, serta sanggup melanjutkan segala misi-misi yang telah dijalankan pada masa sebelumnya. Selain itu, seorang pemimpin juga harus memiliki jiwa mengayomi, baik untuk organisasinya maupun untuk anggotanya. Seorang pemimpin juga harus memiliki jiwa "memiliki" yang sangat kuat terhadap organisasinya, sehingga mampu untuk memajukan organisasinya tersebut sesuai dengan jalur yang benar dan telah disepakati bersama. Dalam istilah populer bisa juga disebut dengan "sense of belonging".
Swapala-Kalijaga sebagai sebuah organisasi juga harus menerapkan sistem tersebut supaya organisasi ini bisa tetap terus berjalan sesuai dengan budaya yang telah lama dibangun. Swapala-Kalijaga telah mencapai usia 15 tahun, artinya dalam kurun waktu tersebut sudah cukup untuk membangun sebuah budaya. Budaya keorganisasian yang memiliki ciri tersendiri dan sudah cukup mapan. Oleh karena itu suksesi kepemimpinan pun telah menyesuaikan dengan budaya yang sudah di bangun tersebut. Masa jabatan kepengurusan di Swapala-Kalijaga telah disepakasi selama satu tahun, itu artinya setiap setahun sekali akan selalu diadakan suksesi kepeminpinan yang mencakup beberapa proses antara lain laporan pertanggungjawaban dari kepengurusan yang akan berakhir, proses screening atau penyaringan calon-calon pemimpin untuk masa kepengurusan mendatang, pemilihan ketua/koordinator, serah terima jabatan dan yang terakhir adalah penyusunan program kerja untuk masa kepengurusan yang baru. Untuk masa kepengurusan Swapala-Kalijaga tahun 2014/2015 ini sudah hampir berakhir dan sudah sampai pada proses pemilihan calon ketua untuk masa kepengurusan 2015/2016. sejak mulai proses screening beberapa waktu sebelumnya sudah terpilih 3 (tiga) orang calon yang nantinya akan bertarung dalam PEMILU akbar Swapala-Kalijaga yang akan dilaksanakan pada tanggal 17-18 April 2015. Sesuai dengan budaya yang telah dibangun di Swapala-Kalijaga memang proses pemilihan dilakukan dengan dua sistem. Sistem pertama adalah sistem online, dimana para alumni yang tidak bisa hadir saat pemilihan langsung dapat memberikan suaranya melalui line SMS atau Whatsapp yang sudah disiapkan sebelumnya. Memang dilakukan seperti itu karena semua anggota Swapala-Kalijaga masih memiliki hak pilih termasuk para alumni. Lantas bagaimana caranya para alumni tersebut bisa mengenal dan mengetahui visi-misi para calon ketua? pada proses sebelumnya telah dilakukan pengenalan dan pemaparan visi-misi dari para calon ketua melalui media grup facebook khusus organisasi. Dalam proses tersebut setiap calon diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri serta memaparkan visi-misi nya. Dan para alumni berhak untuk memberikan pertanyaan di kolom komentar. Dengan proses tersebut diharapkan para alumni yang sebelumnya jarang bertemu atau bahkan belum pernah bertemu dengan para calon tersebut bisa mengenal dan mengetahui visi-misi dari para calon ketua itu dan bisa menentukan pilihan serta selanjutnya memberikan vote melalui line SMS atau Whatsapp nanti pada tanggal 17 dan 18 April 2015. Sedangkan untuk pemilihan langsung nanti akan dilaksanakan tanggal 18 April 2015 di SMAN 1 Demak yang merupakan basis dari organisasi Swapala-Kalijaga ini. Bagi anggota yang bisa hadir saat pemilihan langsung dapat memberikan suaranya secara langsung untuk memilih ketua baru untuk masa kepengurusan 2015/2016. Bagi para anggota Swapala-Kalijaga diharapkan untuk bisa memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya karena proses ini akan menentukan nasib organisasi hingga satu tahun mendatang. Untuk para calon ketua, diharapkan bisa dan mampu untuk mengemban tugas kepemimpinan dan melanjutkan segala misi yang telah dijalankan sebelumnya, serta bisa menjadi seorang komandan yang baik yang sanggup menjadi pemimpin di garis terdepan organisasi.
Berikut adalah profil singkat dari 3 (tiga) orang calon ketua Swapala-Kalijaga periode 2015/2016 :

Calon Pertama
Nama : Awwaludin Nafiurrasyid (Anggota Swapala Kalijaga Angkatan XVI)
Visi :
Menjadikan organisasi pencinta alam menjadi organisasi yang berkualitas, unggul, serta selalu aktif dalam kegiatan melestarikan alam serta lingkungan
Misi:
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Menciptakan kembali rasa saling menghormati dan menghargai sesama anggota pencinta alam
3. Menciptakan rasa kesadaran tentang mencintai alam dan lingkungan
4. Menjalin kerjasama dengan sekolah untuk menjadikan lingkungan sehat, bersih dan indah
5. Melanjutkan kembali amanat dari ketua angkatan sebelumnya

Foto Afi :



Calon Kedua
Nama : Achsania Dewi Pangesti (Anggota Swapala Kalijaga Angkatan XVI)
Visi :
Menjadikan organisasi Swapala Kalijaga menjadi organisasi yang mencintai alam dan lingkungan serta menanamkan jiwa disiplin yang tinggi antar sesama anggota dan pencinta alam lainnya dengan tujuan mencintai dan melindungi alam maupun lingkungan sesuai kode etik pencinta alam
Misi :
1. Menjalin persaudaraan dan silaturahmi antar organisasi pencinta alam yang lain dan saling menghargai antar sesama anggota
2. Melanjutkan program kerja angkatan sebelumnya untuk menjadi lebih baik
3. Bekerjasama  dalam mengadakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan alam dan sosial
4. Menjadikan anggota Swapala Kalijaga menjadi lebih disiplin

Foto Achsania :


Calon Ketiga
Nama : Yusuf Cahya Wibawa (Anggota Swapala Kalijaga Angkatan XVI)
Visi :
Menuju organisasi pencinta alam yang bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, cerdas, unggul, berprestasi dan senantiasa berperan aktif dalam menjaga, melestarikan alam dan lingkungan
Misi :
1. Bertaqwa kepada Tuhan YME dan selalu menjaga, melestarikan alam dan lingkungan sebagai ciptaan-Nya
2. Menjalin hubungan persaudaraan yang harmonis terhadap sesama anggota Swapala Kalijaga dan kepada sesama organisasi pencinta alam yang lain
3. Menyelenggarakan kegiatan yang menjaga pelestarian alam dan lingkungan di sekolah maupun masyarakat
4. Mengkoordinasi semua kegiatan yang dilaksanakan agar berjalan efektif dan sistematis

Foto Yusuf :