Peluncuran Komik Nuklir Untuk Peringatan Bahaya Nuklir
(oleh GreenPeace)
Jepara, Indonesia — Greenpeace dan Muria Institute 25 April kemarin meluncurkan komik anti-nuklir “Nuclear Meltdown – A Message From the Darkness”, bertepatan dengan hari peringatan Tragedi Chernobyl , bencana nuklir terburuk sepanjang sejarah yang terjadi pada 1986 lalu.
Peluncuran ini merupakan satu dari serangkaian acara yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok lokal Jepara yang menentang rencana pemerintah Indonesia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jawa Tengah. Komik ini sendiri membidik kaum muda di kawasan Asia Tenggara, dan beberapa waktu sebelumnya sudah diluncurkan di Filipina.
Pada 2007, para ulama dan tokoh agama Islam di Jepara telah medeklarasikan bahwa pembangunan PLTN di wilayah itu adalah haram hukumnya. Greenpeace terus mendukung komunitas setempat dalam melakukan perlawanan terhadap rencana pembangunan PLTN, karena membahayakan kesehatan masyarakat, lingkungan dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan. Apalagi daerah ini rentan terhadap gempa bumi, letusan vulkanis, serta dekat dengan Gunung Merapi yang berstatus aktif.
Acara hari ini yang digalang oleh Muria Institute dan komunitas-komunitas lokal, serta dihadiri Kelompok anak muda Greenpeace “Solar Generation”, juga akan menyajikan orasi serta pertunjukan seni yang menegaskan bahaya tenaga nuklir.
“Greenpeace dan Muria Institute merasa bahwa kaum muda perlu disadarkan akan bahaya dari penggunaan tenaga nuklir, karena merekalah yang akan paling merasakan dampak buruk dari penggunaan teknologi kotor dan berbahaya ini. Jika pemerintah Indonesia bersikeras membawa negara ini ke jalan nuklir, artinya mereka akan mewariskan bahaya, ketidakamanan dan hutang pada generasi muda,” tegas Tessa de Ryck, Jurukampanye Nuklir Greenpeace Asia Tenggara.
Saat ini tenaga nuklir telah dipublikasikan secara salah sebagai salah satu solusi untuk perubahan iklim, dan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan energi dunia yang makin meningkat. Ini dilakukan terutama oleh para konsultan yang didanai oleh industri nuklir. Secara global, industri ini mencoba untuk mempengaruhi generasi muda agar melihat image tenaga nuklir lebih positif, setelah lebih dari dua dekade ini terus ditolak. Tetapi masalah dari tenaga nuklir ini tak pernah berubah, yakni masalah keamanan dan hingga saat ini belum ada cara aman untuk menyimpan limbah nuklir. Dengan biaya tinggi serta waktu perencanaan dan pembangunan, reaktor nuklir bukan solusi untuk memecahkan masalah perubahan iklim.
Greenpeace tergugah oleh pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru-baru ini di Magelang, bahwa dia tidak setuju pembangunan reaktor nuklir selama masih ada alternatif yang lebih baik. Indonesia adalah negara yang mempunyai sumber daya energi panas bumi terbesar di dunia dan sudah punya rencana memproduksi 5 gigawatts energi dari tenaga panas bumi ini pada 2014. Selain itu, Greenpeace juga mendesak pemerintah untuk meningkatkan energi yang bersumber dari angin, sinar matahari dan mikro hidro, serta memperbaiki sistem hukum dan regulasi, yang selama ini jadi ganjalan pada investasi energi terbarukan. Peningkatan besar produksi energi terbarukan, penghentian penggunaan batu bara, penghapusan rencana pembangunan reaktor nuklir, harus dipadukan dan diimplementasikan dalam satu program efisiensi energi berskala besar.
“Solusi terbaik mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai penyebab perubahan iklim, adalah dengan mengalihkan investasi dari teknologi kotor berbahaya seperti batu bara, minyak dan nuklir, menjadi energi terbarukan yang bersih seperti panas bumi dan tenaga angin, demi memberikan generasi muda masa depan yang lebih bersih dan aman,” de Ryck menyimpulkan.
Greenpeace adalah organisasi kampanye global independen, yang bertindak untuk mengubah sikap dan perilaku, untuk melindungi dan memelihara lingkungan, serta mempromosikan perdamaian.
“Nuclear Meltdown – a Message from the Darkness” bisa dilihat secara online di sini
swapal kali jaga.....
BalasHapusJAYA.....